Buongiorno Milan!
Foto-foto ada di Facebook
Mengunjungi Milan, 17 July 2010, saya teringat buku Elizabeth Gilbert “Eat Pray and Love”. Dia bilang bahasa Italy adalah bahasa yang paling indah didengar. Dan saya sependapat dengannya. Naik bus Malpensa shuttle dari Malpensa Airport ke Piazza Luigi di Savoia (di samping Stazione Centrale), saya pertama kali mendengar bahasa yang indah ini dari mulut penduduk lokal langsung. Lalu apakah Milan seindah bahasanya?
Tidak seperti bahasa Perancis yang jauh tulisan dari ucapannya, membuat saya tergagap-gagap mengejanya sembari berpikir kenapa hidup mesti dibuat lebih susah (untuk orang asing tentunya J) – Bahasa Italy adalah bahasa phonetic, yang tertulis hampir sama dengan yang diucapkan, kecuali beberapa pelafalan seperti C yang dibaca ‘k’ jika berada di sebelum a, o dan u dan sebagai ‘ch’ sebagaimana pada ‘choose’ sebelum e dan i, g seperti ‘get’ sebelum a, o, u, dan seperti ‘gem’ sebelum e dan i. Ada beberapa pronunciation yang tidak sulit lainnya. Nah Anda sekarang bisa mengkoreksi pronunciation yang salah dari komentator Serie A Liga Calcio J
Kami mendarat di bandara Malpensa dengan pesawat easyJet dari Paris Charles de Gaulle (CDG), bandara utama Paris. Malpensa Airport ini berada di barat laut Milan sekitar 40-an km dari Milan. Airport lain yang terkenal adalah Bergamo dan Linate. Maskapai Ryanair salah satu budget airline berbasis di Bergamo, lebih jauh lagi, sekitar 50km dari Milan (yang akhirnya menjadi alasan kami memilih easyJet). Dari Malpensa ada beberapa alternatif ke Milan: bisa naik kereta api Malpensa Express (hanya tersedia sampai 8.20 malam) ke Stazione Nord dekat Castello Sforzesco, taxi (yang agak mahal – sekitar 80 Euro) atau shuttle bus (bertarif 7.5 Euro) ke Piazza Luigi di Savoia (Milano Stazione Centrale). Kami memilih yang terakhir. Perjalanan bus shuttle memakan waktu 50 menit.
Karena kota bisnis, Milan mengenal musim peak dan low season berdasarkan season business. Peak season terjadi ketika ada exhibition, fashion festival dan musim libur umumnya (Christmas/New Year). Summer di bulan July atau Agustus Milan justeru agak sepi karena penduduknya banyak yang keluar untuk vacation dan hampir tidak ada aktifitas bisnis besar berlangsung. Tak heran di low season hotel pada banting harga. Hotel yang saya pilih misalnya, UNA Century di dekat Milano Centrale satation (belakang gedung Pirelli), banting harga dari 500 Euro ke 141 Euro (incl breakfast and tax) untuk Family Suite! Bayangkan penurunan harganya!
Kalau Anda bermalam di Milan, pilihan hotel ada dua: dekat Stazione Centrale sehingga Anda cukup jalan kaki dari tempat kedatangan bus shuttle dari airport atau kereta api, atau dekat Piazza del Duomo tempat tujuan turis utama.
Keesokan pagi, seperti biasa kami mencari tempat penitipan bagasi di stasiun terlebih dahulu agar tidak direpotkan dengan bawaan dan bolak-balik hotel stasiun (sorenya kami akan ke Venice dari stasiun ini). Stasiun ini terhubung dengan jalur metro MM3 (kuning) ke Duomo (http://www.atm-mi.it/en/Pages/default.aspx) . Pilihan 1-day ticket adalah yang terbaik dan termurah. Hanya dengan 3 Euro Anda bisa menikmati sepuas mungkin public transport di Milan (metro, tram, bus) selama 24 jam. Lebih murah dibanding Paris atau Brussels. Saya membelinya di tobacconist (semacam kios rokok) tapi Anda juga bisa membelinya di counter sales atau vending machine dengan harga yang sama. Rencana kami seperti biasa self-arranged tour demi fleksibilitas dan efisiensi.
Duomo
Piazza Duomo masih sepi ketika kami menjejakkan kaki di pelatarannya sekitar jam 8-an pagi. Inilah gunanya pergi pagi-pagi. Alhasil kami dengan bebas berpose tanpa gangguan dari lalu lalang orang di Piazza ataupun di dalam Galleria Vittorio Emanuele. Bahkan di galleria kami sempat-sempatnya berfoto bersila di koridornya karena sepinya pengunjung.
Daerah Piazza Duomo adalah atraksi turis utama Milan. Di sini terdapat landmark Milan: Duomo, gereja katedral terbesar di dunia yang dibangun sejak 1386. Di samping kanannya adalah Galleria Vittorio Emanuele, galeri shopping kuno tapi glamorous dan selanjutnya Teatro della Scala. Sementara sebelah kiri Duomo adalah museum.
Jika Anda tertarik pada gereja, Gereja Duomo yang berkapasitas 40 ribu ini bisa dimasuki oleh pengunjung. Bahkan pengunjung dapat naik ke atap gereja ini yang dipenuhi dengan 135 Gothic spires. Gereja ini juga memiliki 3500 patung dan 155 gargoyles (a gargoyle is a carved stone grotesque with a spout designed to convey water from a roof and away from the side of a building). Gereja sebenarnya membuka diri sejak jam 8.30 pagi tapi kami memutuskan untuk tidak masuk karena sesuatu hal pribadi. Harga tiket ke atap gereja adalah 5 Euro pakai tangga, atau 8 Euro pakai lift.
Puas berfoto dan memfoto di luar gereja Duomo kami berjalan ke dalam Galleria. Area high-end shopping beratap kaca ini juga masih sepi, dan belum banyak yang buka kecuali toko buku dan sebuah kafe kecil. High end brand seperti Prada, Louis Vitton ada di sini. Sementara yang lain adalah restaurant dan café dan hmmmMcD juga ada di sini.
Di belakang Galleria adalah Piazza de la Scala dan Theater Scala. Scala adalah opera house paling terkenal di dunia, pertama kali dibuka pada 1778. Bintang seperti Maria Callas dan Pavarotti pernah tampil di sini. Di taman bundar Piazza de la Scala Anda bisa juga melihat patung Leonardo da Vinci yang impresif.
Kami lalu memutari galleria, ke Via Radegonda menengok tempat Panzerotti terenak dijual. Tokonya (Luini) (http://www.luini.it/) masih tutup (karena baru buka jam 10 pagi) tapi at least kami sudah tahu karena rencananya kami bakal balik lagi setelah dari San Siro. Panzerroti adalah semacam pastel yang berasal dari Itali bagian tengah dan selatan. Luini kemudian membawa panzerotti ke Milan pada tahun 1940. Isi panzerotti umumnya tomat, dan mozzarella tapi kadang diisi juga dengan bayam, jamur, jagung, dan daging. Saking terkenalnya Luini antrian panjang terlihat mengular sampe keluar jalan. Tapi jangan kuatir, pelayan cepat dan makanan yang siap saji membuat waktu tunggu yang tidak terlalu lama.
San Siro
Kami lalu melewati bagian samping kiri Duomo, lalu ke belakangnya membeli beberapa suvenir kecil Milan, terus ke samping kiri Duomo melewati museum dan berakhir di Jalan Dogana untuk mengejar tram 16 ke San Siro. Agaknya kami salah karena yang di jalan Dogana ini arah yang sebaliknya. Untungnya kami berhasil menemukan tram 16 arah ke San Siro tidak jauh dari Jalan Dogana. Tidak seperti jalur metro, jalur tram – mungkin saking banyaknya – jarang yang dicantumkan dalam buku panduan perjalanan. Meki demikian Anda bisa menemukan jalur tram di website atm di atas (dan pilih tab Giromilano), meski tidak terlalu print friendly. Alternatif lain ke San Siro adalah menggunakan metro merah (M1) ke Lotto Fiera Station lalu jalan kaki 15 menit menyusuri Via Gavirate dan Via dei Rospigliosi.
Untuk menggunakan tram, kami perlu memasukkan tiket ke dalam mesin validasi di dalam tram. Anehnya mesin ini jauh dari driver jadi kurang terpantau sehingga banyak pengguna yang tidak memvalidasi tiket. Perjalanan tram ke San Siro dari Duomo memakan waktu kurang lebih 35 menit dan tram ini berhenti persis di halaman luar stadion. Namun perlu diperhatikan bahwa jika ada pertandingan bola tram hanya akan berhenti di metro terdekat (Lotto) lalu dari sana perlu jalan kaki 15 menit atau mengambil shuttle bus.
Entah mimpi apa semalam, atau karena persiapan yang kurang, kami tidak mengetahui kalau San Siro stadium sedang ditutup karena akan ada concert music Ligabue. Beberapa turis tampak kecewa ketika meninggalkan San Siro tanpa berhasil masuk ke dalam stadium. Alhasil kami pun harus puas mengelilingi San Siro stadium dan mengambil foto stadium dari luar saja.
Isteri saya yang (dulu dan masih?) penggemar berat AC Milan tampak tidak bisa menyembunyikan kekecewaaannya. “Tapi at least kita sudah pernah ke San Siro sayang”, kataku menghibur.
Santa Maria delle Grazie dan Castello Sforzesco
Kami lalu balik ke Milan dengan tram yang sama. Berhenti sebentar di Santa Maria delle Grazie di Corso Magenta untuk mengambil foto lalu melanjutkan perjalanan ke Castello Sforzesco melalui Cadorna. Santa Maria delle Grazie dibangun pada abad 15 dengan gaya Lombard Gothic. Gereja ini terkenal karena adanya lukisan The Last Supper (Cenacolo Vinciano) karya Leonardo da Vinci. Untuk melihat lukisan yang dibuat antara 1494-1498 ini Anda harus booking beberapa bulan sebelumnya mengingat tingginya permintaan. Kami tidak masuk untuk melihat lukisan ini.
Castello Sforzesco adalah tempat tinggal keluarga penguasa Sforza-Visconti yang dibangun pada abad 15. Sekarang bangunan bersisi empat ini menjadi tempat beberapa museum applied arts, ancient art, historical musical instruments, prehistory, Egyptian art and fine arts. Di ujung belakang kastil, melintasi kebun (kurang lebih 500m di belakang kastil) adalah Porta Sempione, bangunan Neoklasik yang dibangun untuk memperingati Napoleon. Sayangnya kami tidak mengunjunginya karena cuaca panas yang menguras energi.
Di musim panas seperti ini, water fountain dan penjual es krim di depan Castello menjadi favorit pengunjung untuk mendinginkan badan luar dan dalam. Tak memedulikan paparan UV kami pun larut dalam pendinginan badan, luar dan dalam.
Castello Sforzesco dapat diakses melalui metro station M1 (merah) Cairoli.
Corso Buenos Aires & di Brera
Setelah mencicipi panzerotti, kami bergegas ke Corso Buenos Aires, salah satu more affordable shopping strip di Milan, dalam misi melihat (tidak belanja?) toko-toko fashion. Di sini yang banyak adalah chain stores seperti Swarovsky, H&M, United Colors of Benetton, Adidas, Nike, Calvin Klein, Zara, Luisa Spagnoli. Sempat kebingungan mencari jalur metro merah (linea 1) di Duomo station, kami tiba di Porte Venezia station, ujung bawah dari jajaran toko-toko fashion yang mengundang.
Udara panas yang tidak nyaman, pun ketika kami makan di restaurant Turki terdekat, membuat kami hanya sekelebat saja menyusuri Buenos. Sampai akhirnya kami mencari perlindungan dari panas di taman umum (Giardini Pubblici) yang di dalamnya terdapat Planetario dan Museo Civico di Storia Naturale. Air kran yang banyak tersedia di taman juga membantu kami memerangi panas dan haus.Beberapa orang tampak terlelap di bangku taman, dialun semilir angin pepohonan rindang. Duh enaknya…tapi kami harus jalan kembali.
Kunjungan terakhir kami rencananya adalah daerah di Brera. di Brera adalah tempat di mana Palazzo di Brera dan Brera Art Gallery (Pinacoteca) berada. Untuk menjangkau di Brera kami harus berhenti di stasiun Montenapoleone dan kemudian menyusuri jalan bebatuan. Palazzo di Brera dibangun pada abad 17. Di halaman tengahnya terdapat patung perunggu Napoleon. Palazzo di Brera bisa dikatakan sebagai kontainer budaya dan artistic dari Milan.
Dari stasiun Montenapoleone sebenarnya Anda hanya seperjalanan kaki dari Golden Quad ( Quadrilatero d’Oro), daerah shopping mahal sekali yang dibatasi oleh Via della Spiga, Via Sant’Andrea, Via Monte Napoleone dan Via Alessandro Manzoni. Idealnya sih Anda pergi ke sini menggunakan kartu kredit orang lain…hehehehe.
Arrivederci Milan!
Sore itu kami benar-benar exhausted karena udara yang panas dan jalan kaki sepanjang jalan. Beberapa hari kemudian kami juga baru sadar bahwa badan kami agak gelap akibat terpaan UV matahari yang tidak kami hiraukan. Milan yang kami kunjungi baru saja tidaklah seglamour yang saya bayangkan sebelumnya. Kota terbesar kedua Italy ini tidak semetropolitan Jakarta atau Singapore. Kami juga gagal shopping fashion karena terlalu sibuk menghabiskan must-see list, itu pun belum semua. Kalau Anda punya waktu banyak di sini saya menyarankan Anda untuk mengunjungi Museum Leonardo da Vinci (Museo della Scienza e della Tecnologia) dekat stasiun S. Ambrogio, atau I Navigli untuk menghabiskan malam.
Tiba di stasiun, kami mengambil barang bawaan di loker lalu bergegas ke toilet berbayar (1 Euro) untuk berbersih diri sebelum bersiap masuk kereta Trenitalia yang akan membawa kami dalam perjalanan 2 setengah jam ke Venice. Arrivederci! Good bye Milan.
Travel References:
– Wikitravel Milan – http://wikitravel.org/en/Milan
– Italylogue – http://www.italylogue.com/milan
– About.com Italy Travel http://goitaly.about.com/od/moreitaliancities/p/milan.htm