Berada jauh dari pasangan untuk waktu yang lama jelas membawa konsekuensi emotional. Apalagi mereka yang punya siklus pergi-bertemu regular dengan jeda pergi lama dan ketemu yang singkat. Banyak rekan yang bekerja pada plant yang masih dalam tahap konstruksi tidak diperkenankan membawa keluarga, tapi dikasih fasilitas pulang setiap 3 bulan untuk 10-14 hari. Ada juga yang mungkin sudah berbulan/tahun tidak pulang lalu pulang untuk 1-2 bulan dan pergi lagi. Ketika bertemu pun pasangan membutuhkan beberapa waktu untuk resettle – karena begitu banyak yang terjadi dalam sekian bulan dan pasangan punya banyak hal untuk dikejar . Siklus seperti ini mengaduk-aduk emotional dan ikatan antar pasangan.
Bagaimana sih siklus emotional pasangan dengan kondisi seperti ini?
Contoh yang paling mudah adalah tentara, yang dikirim ke daerah konflik (deployment) untuk say 6 bulan atau lebih, kemudian pulang tapi belum sempat establish relationship yang semula sudah disuruh pergi lagi. At some point pekerja dengan ritme seperti tentara juga mengalami hal yang mirip.
Stage 1: Anticipation of loss
Typically occurs four to six weeks before the partner leave, and is a period marked by increasing tension – which allows emotional distance between two.
Stage 2: Detachment and withdrawal
Happens in the final days before departure. Couple feels that they should be enjoying the last few days but feel a sense of despair and hopelessness. Sexual intimacy can be difficult, and partners often feel that they want to get on with the leaving part.
Stage 3: Emotional disorganization
The first six weeks after departure. Initial sense of relief, followed by guilt, numbness, aimlessness, and loss of purpose for one left behind. New routines must be established – feelings of being overwhelmed and difficulty sleeping/excessive sleeping are common. The deployed partner feels loneliness and frustration.
Stage 4: Recovery and stabilization
The partner at home starts to cope, and adopt the role of “single spouse”. New freedoms emerges, stress levels drop and the separation becomes bearable.
Stage 5: Anticipation of homecoming
Happens up to six weeks before homecoming. Can be a time of mixed emotions, such as apprehension or excitement. Those returning may be worried how they will be accepted. Restlessness and confusion may occur.
Stage 6: Renegotiation of marriage
Occurs up to six weeks after reunion. Couples are together physically, but not necessarily emotionally. Some left behind may feel a loss of freedom and independence. There may be feelings of being disorganized and out of control. Sexual relations may seem frightening. Couples need time together to become reacquainted before they can expect true intimacy.
Stage 7: Reintegration and stabilization
Happens six to 12 weeks after homecoming. New routine have been established, spouses feel relaxed and comfortable together again.
Lalu apakah hubungan seperti ini selalu berarti hal yang buruk? Tidak selalu – seperti peribahasa “absence makes the heart grow fonder”. Menurutku sih yang terbaik adalah usual 5-2 office work cycle. Kalopun harus on-off, siklus 2 weeks on 2 weeks off adalah yang terbaik. Serasa pengantin baru terus, kata temenku.
At the bottom line, setiap orang tahu bahwa kunci dari berada jauh adalah komunikasi. Kadang karena masing-masing tidak mendapatkan kabar secara regular, mereka akan kehilangan perspektif dari dunia masing-masing pasangan. Beruntunglah kita yang sekarang berada dalam gelimang teknologi. SMS, MMS, webcam, email, weblog, dst memberikan banyak opsi untuk berkomunikasi. Yang kedua adalah menekankan niat, bahwa berada jauh ini adalah konsekuensi dari keputusan untuk mendapatkan hal yang lebih baik yang telah diambil bersama dan kita harus konsisten dengan itu. Ketiga, berada jauh bukan alasan memudarnya perasaan kita terhadap pasangan, justeru kita harus mengambil kesempatan dari jauhnya ini. Semacam ujian kesetiaan, ujian romantis, yang kalau lulus that will make the heart grow fonder. Taiye?
(Source: mainly from The Times)